Minggu, 09 November 2008

Menguji Integritas Muslim Negarawan dalam Konteks Budaya Politik Lokal


Muslim Negarawan. Itulah Topik yang hari ini paling menarik perhatian dan lagi hangat diperbincangkan oleh KAMMI. Pada Muktamar ke-6 KAMMI yang bertemakan Muslim Negarawan, Spirit Kebangkitan Bangsa mencoba mendeskripsikan kembali konsepsi Muslim Negarawan. Tidak tanggung-tanggung, beberapa tokoh-tokoh besar Negara ini dihadirkan. Sebut saja Prabowo Subiyanto, Jimli Ashiddiqie, Anis Matta, dan Ekonom asal Bandung Rizal Ramli. Menurut Aryanto (Koordinator SC Muktamar 6 KAMMI) KAMMI sengaja mengundang mereka untuk mendiskusikan dan menawarkan konsep Muslim Negarawan. “Namun kedatangan mereka jangan dinilai sebagai dukungan politik KAMMI di Pemilu 2009 nanti” Ujar Ketua Dept.Kebijan Publik KAMMI Pusat ini pada saat konfrensi pers beberapa hari yang lalu.

Hadirnya muslim negarawan dalam kamus politik Indonesia sebanarnya bukan barang baru lagi. Di awal-awal terbentuknya Negara ini, banyak actor muslim negarawan yang telah membuktikan bahwa menggabungkan kekuatan ideology islam dengan intellectual value setidaknya bisa memberi sumbangsih terhadap permasalahan bangsa. Sebut saja tokoh cendekiawan muslim Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang kita kenal dengan sebutan Buya HAMKA. Hamka adalah seorang otodidiak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti filsafat, sastra, sejarah, sosiologi dan politik, baik Islam maupun Barat. Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 ketika beliau menjadi anggota partai politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, beliau membantu menentang usaha kembalinya penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerilya di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, Hamka diangkat menjadi ketua Barisan Pertahanan Nasional, Indonesia.

Selain Hamka kita juga mengenal Muhammad Natsir yang juga cendekiawan muslim yang terbentuk oleh asimilasi ideology islam yang telah mengakar. Ketajaman berfikir dan kecerdasan intelektual menyebabkan beliau menjadi salah satu pemimpin masyumi pada waktu itu. Karakter muslim negarawan yang tergambarkan dari dua sosok pejuang islam Indonesia diatas setidaknya dapat kita jadikan referensi untuk kembali melihat seberapa besar integritas muslim negarawan dalam budaya politik Indonesia.

Sangat menarik memang ketika kita menerjemahkan konsep Muslim Negarawan dalam realitas kehdupan politik bangsa ini. Pasalnya ditengah pergulatan politik nasional yang cenderung sekuler muncul ide dan gagasan yang selama ini dilupakan. Definisi Ide ‘Muslim Negarawan’ adalah gambaran seorang Muslim yang taat dan memiliki pengetahuan ke-Islamaan yang mendalam, memiliki kredibiltas moral yang tinggi, wawasan ke-Indonesiaan yang utuh, kepakaran dan prfesionalisme tentang bidang yang digelutinya, memiliki jiwa leadership , mempu berdiplomasi dan mempunyai jaringan yang luas. Namun yang menjadi pertanyaan besar apakah sosok muslim negarawan ini mempunyai power yang kuat sehingga tidak terkontaminasi dengan praktek-praktek budaya politik local yang ‘nakal’?

Walaupun gaya politik praktis yang hari ini hadir memaksa para aktor-aktornya sering menggunakan gaya politik ala Machiavelli. Konsep Muslim Negarawan setidaknya memberikan daya imun yang tinggi untuk tetap menjaga konsistensi dalam mengawal idealisme gerakan KAMMI. Selain itu daya imun yang bersumber dari kokohnya ideology seorang Muslim Negarawan setidaknya mampu memberi warna lain dalam konteks budaya politik local yang selama ini tercemari. Kekuatan ideology seorang muslim negarawan adalah modal utama yang dimilikanya dalam mengarungi terjal dan kejamnya panggung politik nasional. Ideology yang kuat dan mengakar ini terbentuk dari kesadaran kritis, pemahaman yang syumul (paripurna) tentang yang diyakininya, dan pembinaan karakter yang kontinyu.

Selain kekuatan ideology yang telah mengakar, kader-kader muslim negarawan juga memiliki wawasan ke-Indonesian yang luas. Sehingga ketika muncul ancaman-ancaman yang berdampak buruk bagi Negara baik itu yang berasal dari internal maupun eksternal kebijakan nasional yang dilahirkan lebih spesifik dan kontekstual. Wawasan kebangsaan yang kami maksudkan bukan hanya sekedar pengetahuan geografis tetapi memahami peluang dan tantangan kondisi ekonomi, politik, social, budaya dan ketahanan militer bangsa ini. Dalam bukunya yang berjudul KAMMI menuju Muslim Negarawan Meretas Kebangkitan Indonesia, Taufik Amrullah (hal: ) menulis wawasan yang dimaksud adalah kepakaran

Sebagai simpulan sosok muslim negarawan adalah salah satu alternative solusi penyelesaian masalah bangsa yang begitu kompleks. Karena, selain kapasitas intelektual dalam mengelola Negara yang bermodalkan wawasan kebangsaan yang luas, bekal ideology yang telah menyatu dalam visinya akan menjadi inner power. Kekuatan inilah yang memberikan daya imun terhadap gejolak politik praktis yang menggiurkan.Bravo Muslim Negarawan KAMMI ..

0 komentar:

 

kunjungi juga

Dunia Blogger Indonesian Muslim Blogger
Atas nama TuhanKu Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template