Rabu, 19 November 2008

KONOHAGAKURE DAN KAMMI-GAKURE



By: Azizah HUMAS MUKTAMAR KAMMI 6 SULSEL

Konohakagure bukanlah judul drama asia di televisi atau jenis jamur yang terpampang jelek di Lab.Biologi. Konohagakure adalah nama desa yang dikisahkan serial NARUTO. Gakure yang berarti desa, merupakan tempat tinggal masyarakat Konoha, sebuah perkampungan ninja yang berisikan banyak klan yang saling berinteraksi dalam sebuah masyarakat ninja yang sangat rapi dan dipimpin oleh seorang Hokage.

Naruto adalah anak laki laki yang di dalam tubuhnya disegel siluman rubah. Anak ini memiliki cita-cita yang sederhana: menjadi Hokage, memimpin desa Konoha. Komik ini berkisah mengenai perjalanan bocah tersebut mencapai tujuannya dengan berbagai kesulitan. Bagi orang yang dilahirkan sinis hal ini biasa saja, namun sangatlah tidak sopan mentertawakan cita-cita orang. Bukankah kita juga masih menganggap Teori Newton sebagai sebuah kenyataan walaupun sesungguhnya kenyataan itu didasari oleh imajinasi sempurna Newton pada sebuah apel?!

Walau sepintas berkisah seperti itu, namun jika diperhatikan lebih pada beberapa bagian penting kita akan mendapati bahwa hampir semua permasalahan yang dialami oleh naruto berkisar pada Konoha. Bahkan monster rubah yang menurut sebagian orang adalah sebuah masalah pribadi Naruto sesungguhnya tidak ditanggung secara individual, melainkan oleh semua orang di Konoha.

Persaingan antara Sasuke dan Naruto pun bukanlah masalah pribadi mengingat sejarah kelam klan Uchiha. Motto “No Man Left Behind”-nya desa Konoha, menjadikan Sasuke sebagai masalah bersama. Hal ini diungkap Shikamaru bahwa Sasuke memang bukanlah teman dekatnya namun ia adalah seorang Shinobi Konoha dan Shikamaru akan menolongnya dengan mempertaruhkan nyawa karena itu adalah cara Konoha.
Di Konoha para ninja memiliki beberapa tingkatan, berawal dari tingkatan terendah adalah Genin, Chunin, dan Jounin. Tingkatan ini menjadi salah satu pola yang menyusun cerita. Sebuah dunia besar yang dibangun secara imajinatif yang memfokuskan pada cara pandang Konohagakure melalui seorang bocah bernama Naruto. Sebuah dunia dengan perang massive antar tiap individu dan segenap intrik kepentingan antar tiap manusia fiktifnya. Terlepas dari semua abnormalitas dan keajaiban berdasarkan perspektif yang dapat memicu perdebatan, sesungguhnya dunia imajinatif ini tidaklah jauh berbeda dengan dunia yang kita jalani dengan semua elemennya yang manusiawi.

Kali ini kita coba menarik sesuatu antara dunia imajinatif itu dengan lingkungan kita yang paling dekat saat ini. Anggaplah secara struktural KAMMIgakure adalah roda komunitas yang dipimpin oleh seorang Ketua Umum [Hokage]. Sedangkan Genin adalah tingkatan dasar seorang Shinobi Konoha memulai kariernya [AB1], Chunin tingkatan diatas Genin yang merupakan pelaksana structural [AB2]. Selanjutnya mari kita refeleksikan beberapa aspek keberadaan yang menurut saya juga sebaiknya dimiliki oleh KAMMIgakure.

Penghargaan terhadap sejarah
Masyarakat Konoha merupakan komunitas yang memiliki kultur sendiri serta sangat menghargai kearifan lokal. Sehingga dalam usaha mengekspresikan hal tersebut, Sang Pengarang, Masashi Kishimoto sepertinya merasa penting menunjukkan kearifan tersebut melalui beberapa chapter yang dikhususkan membahas tokoh tertentu dengan latar belakang budaya klannya masing masing yang nantinya memperkuat karakter dan jalinan cerita. Sebut saja Kakshi, Sasuke, Neji,dll

Melalui penelusuran latar belakang itu, sedikit demi sedikit kita dapat menyerap tanpa berlebihan kearifan lokal klan yang membangun kultur sebuah desa. Sehingga melalui kebanggaan akan semua sejarah yang melatarbelakangi Konoha itu akan terasa sangat wajar bila kita menemukan Naruto, Sang tokoh utama memiliki kecintaan yang besar pada Konohagakure, kekaguman yang besar pada semua Hokage, rasa hormat yang besar pada mereka yang berusaha melindungi Konoha dengan sekuat tenaga dan usaha untuk menjadi lebih kuat setiap harinya demi melindung semua hal yang dicintainya. Melalui sejarah, yang menjadi dasar kekuatan itulah yang secara signifikan disandarkan sebagai batu pijakan untuk menjadi pilar pendukung perkembangan Konoha.
Sama seperti Konoha, KAMMIgakure juga memiliki sejarah yang menjadi pilarnya.

KAMMI telah menjadi organisasi besar pelopor perubahan (momentum reformasi 98) yang kini sangat diperhitungkan diusianya yang ke-10 tahun dengan tetap fight untuk konsisten di garis perjuangannya sejak awal tanpa pernah berfikir untuk mau menggadaikan idealismenya sebagai seorang aktivis muslim sebab IJDK itu telah ter-internalisasi dalam dirinya, begitupun dengan pemahamannya. Namun berbeda dengan Konohagakure yang menyadari pentingnya sejarah, sebagai sebuah komunitas kita kadang terlupa hal tersebut sehingga justru menjadi pragmatis di depan keterdesakan dan ketidakberdayaan oleh keadaan. Mampukah KAMMI mempertahankan dirinya sebagai gerakan politik nilai yang senantiasa nyambung dengan rakyat dan kalangan mahasiswa atau justru terjebak dalam gerakan elitis dan tidak transparan yang justru berujung pada matinya gerakan mahasiswa dan meluasnya ke-bete’-an sosial? Konohagakure melandaskan perkembangan komunitasnya berdasarkan sejarah yang menjadi input analisa dan perencanaan persiapan bagi sekian banyak skenario pengembangan komunitas. Ketika zaman sedang bergerak Konohagakure telah siap.

Perkembangan generasi sebagai tujuan primer komunitas.

Dalam bahasa komunitas kita, generasi muda dapat dipersandingkan dengan bahasa: kader. Nah, di Konohagakure kader adalah mereka yang tumbuh dan besar di dalam lingkungan Konoha. Para kader inilah yang akan menjadi faktor penting bagi eksistensi Konohagakure kedepannya. Dalam Naruto vol.35, Asuma Sarutobi menganalogikan Shikamaru Nara sebagai ksatria dalam permainan catur yang fleksibel dalam bergerak dan bisa melindungi Raja dari berbagai sisi, sedangkan dirinya hanyalah sebagai pion yang dapat dikorbankan kapan saja. Selanjutnya Asuma mengakhiri permainan dengan bertanya pada Shikamaru, “siapakah di Konohagakure yang bisa dianalogikan sebagai raja pada permainan catur tersebut?”. Pada kelanjutannya, Shikamaru pun mengerti bahwa sesungguhnya raja yang dianalogikan pada permainan catur oleh Asuma di Konohagakure adalah kader atau generasi penerus Konohagakure.
Kesadaran ini pula yang juga ditekankan oleh Anis Matta, ”Dari Gerakan Ke Negara” dimana pada salah satu tulisannya mengenai jamaah, beliau menyebutkan bahwa salah satu pilar perkembangan jamaah atau komunitas adalah adanya kesadaran bahwa segala usaha komunitas senantiasa diperuntukkan bagi perkembangan generasi penerus komunitas.
Di KAMMI pun seperti itu. Ketersediaan berbagai media dan materi pengkaderan adalah modal awal untuk senantiasa memperkokoh gerakan dan membangun integritas terutama pada ujung tombaknya, yakni di level komisariat.

0 komentar:

 

kunjungi juga

Dunia Blogger Indonesian Muslim Blogger
Atas nama TuhanKu Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template