Sabtu, 30 Januari 2010

Menghindari stres ketika anak belajar



Pada dasarnya stress merupakan suatu kondisi yang tidak enak / seimbang akibat adanya suatu rangsangan dari luar dirinya , dimana pada nantinya orang tersebut akan segera berusaha mengatasinya untuk mencapai keadaan seimbang yang membuat nyaman dirinya seperti sediakala. Namun, bila seseorang ini gagal mengatasinya maka orang tersebut akan mengalami suatu penderitaan, yakni penderitaan psikisnya.
Seorang anak yang stres dapat diidentifikasi dengan memperhatikan tingkah lakunya. Reaksi-reaksi psikosomatik, termasuk problem pencernaan, sakit kepala, kelelahan, gangguan tidur, dan mengompol mungkin merupakan tanda-tanda bahwa ada sesuatu yang tidak beres.

Tanda lainnya seperti sering menangis, senang menyendiri, rewel, tidak mau berangkat ke sekolah atau suatu tempat, membuat kenakalan di sekolah atau di lingkungan tempat bermainnya, penurunan nilai sekolah. Bahkan, penyakit fisik pada anak, misalnya merasa pusing, mual, diare, kelumpuhan akibat depresi, atau penyakit lainnya merupakan dampak dari stres.

Stres pada anak pada umumnya disebabkan berbagai hal, diantaranya:

Makanan
Kurangnya kandungan gizi pada makanan dapat menyebabkan pertumbuhan anak tidak optimal dan suplai gizi yang diperlukan tubuh tidak tercukupi sehingga dapat menimbulan stres. Begitu juga, konsumsi makanan cepat saji yang berlebihan, karena makanan tersebut memiliki kandungan gula yang berlebih dan minim gizi untuk tubuh.

Kurang tidur
Terlalu banyak bermain atau menonton televisi membuat anak kekurangan jam tidurnya. Untuk anak yang telah bersekolah, banyaknya tugas dari sekolah, kegiatan ekstrakurikuler atau kursus yang berlebihan membuat anak kekurangan waktu dan harus menghabiskan waktu untuk menyelesaikan tugasnya sehingga jam tidur berkurang. Kurang tidur dapat menyebabkan emosi dan pikiran anak menjadi tidak stabil dan rentan mengalami stres.

Lingkungan keluarga
Pertengkaran orang tua atau perceraian dapat menyebabkan ketakutan pada anak. Hal ini wajar, karena seorang anak sangat mendambakan kasih sayang orang di sekelilingnya, terutama orang tuanya untuk membuatnya merasa aman dan terlindung.

Pola asuh orang tua
Secara umum, pola asuh orang tua terdiri dari 3 macam. Pertama, authoritarian di mana orang tua bersikap otoriter, tidak memberi anak kebebasan dan memaksa anak agar memenuhi tuntutan orang tua bahkan menganiaya anaknya. Kedua, permissive yaitu orang tua sangat membebaskan anaknya walaupun seorang anak belum dapat membuat keputusan dengan tepat dan membiarkan kesalahan anak. Ketiga, authoritative yaitu orang tua menentukan dengan jelas konsekuensi dari setiap tindakan yang diambil, mereka tidak mengekang anak secara berlebihan juga tidak membebaskannya, tetapi terus memberi perhatian pada anak dan berusaha membentuk anak yang mandiri. Pola authoritative ini yang paling baik untuk membentu kepribadian anak. Stres dapat terjadi pada anak apabila dia merasa tidak dapat memenuhi tuntutan orang tuanya ataupun karena dia harus mengalami konsekuensi buruk akibat kesalahan keputusan yang diambilnya.

Tekanan dari teman
Dalam pergaulannya, seorang anak tidak ingin berbeda dari anak-anak lain dari kelompoknya. Perbedaan seorang anak, mungkin karena fisik atau sifatnya dapat memancing ejekan dari teman-temannya. Ini pula yang dapat menyebabkan seorang anak merasa stres karena merasa tidak dapat diterima oleh teman-temannya

Dunia anak pada dasarnya adalah dunia bermain, dunia kecerian dan dunia kebahagiaan. Namun terkadang banyak orang tua sering melupakan hal ini. Anak-anak terlalu dibebani dengan mimpi-mimpi yang luar biasa menyibukan mereka dan menuntut mereka belajar dan belajar. Sehingga waktu mereka untuk bermain hilang ditelan ambisi orang tua. Anak juga membutuhkan suasana dimana mereka bisa bermain sesuka hatinya sebagai refresh terhadap aktivitas belajar. Jika tidak diantisipasi sejak dini anak bias menjadi stress dan bahkan phobia dengan sekolah. Sikap otoriter orang tua pun bias menjadi penyebab munculnya stress ketika belajar pada anak.

Untuk itulah orang tua mestinya memperhatikan cara penanganan stres belajar pada anak dengan baik, sehingga school phobia bisa dihindari, Adapun yang bisa dilakukan orang tua adalah sebagai berikut:

1. Menjadi pendengar yang baik semua cerita-cerita anak di sekolah
2. Yakinkan anak bahwa kebutuhan belajar adalah kebutuhan pribadinya
3. Menage waktu anak sebaik mungkin dari bangun tidur hingga kembali tidur
4. Fasilitasi gaya belajarnya (kinestetik, audio, visual)
5. Berikanlah penghargaan terhadap segala prestasinya disekolah
6. Sekali-kali ajak anak bepartisipasi membuat aturan-aturan dalam rumah kita sehingga tidak ada kesan otoriter
7. Kurangi menggunkan perkataan negatif (jangan,awas kalau...dsb) gantilah dengan kata2 motivasi
8. Doakan anak2 kita dalam sujud-sujud panjang kita setiap harinya

Wallahu alam



0 komentar:

 

kunjungi juga

Dunia Blogger Indonesian Muslim Blogger
Atas nama TuhanKu Copyright © 2009 Blogger Template Designed by Bie Blogger Template